Rabu, 09 April 2014

panser milik TNI

Jajaran Panser dalan TNI

Saracen TNI-AD
Bagi Anda yang pernah menonton film “Penghianatan G 30S/PKI” tentu masih ingat akan sosok panser pengangkut personel Saracen. Panser dengan enam roda ini begitu kental sebagai ikon di film tersebut, dan memang pada faktanya panser Saracen buatan Alvis ini punya peran besar dalam masa revolusi tahun 1965. Saracen dikala itu masuk dalam unit batalyon kavaleri 7 yang berada dibawah komando Kodam V (sekarang Kodam Jayakarta), dimana tugasnya yakni melindungi keamanan Ibu kota.
Dari tugas yang diemban tersebut, maka Saracen aktif berperan dalam beberapa operasi militer menumpas PKI. Salah satunya digunakan saat pengepungan Lanud Halim Perdanakusumah. Tapi harus diakui yang sangat monumental yakni saat Saracen digunakan sebagai kendaraan pengangkut tujuh peti jenazah pahlawan revolusi pada 5 Oktober 1965 menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata. Bisa dibilang ikon Saracen sebagai kendaraan pengangkut jenazah pahlawan revolusi sangat mengena hingga saat ini. Walau banyak yang tak kenal nama sosok panser ini, tapi desain Saracen amat dikenali oleh khalayak di Tanah Air.
Saracen sendiri didatangkan pada era 60-an untuk membangun satuan kavaleri TNI-AD. Saracen dibeli dari Inggris dan mulai diproduksi oleh Alvis mulai tahun 1952. Dari segi usia, Saracen sudah termasuk sepuh, rentang usia panser ini di Indonesia sudah lebih dari 44 tahun. Tapi biar sepuh, unit kavaleri TNI-AD, khususnya di Kostrad masih menjagokan Saracen sampai saat ini. Tentu ada banyak modifikasi agar Saracen tetap bertahan sesuai tuntutan jaman. Diantaranya seperti mengganti dari mesin bensin ke mesin diesel, tiap roda dibekali peredam kejut, kelengkapan sistem pendingin kabin dan pastinya rodanya berkempuan all whell drive. Bahkan saat melihat Saracen di HUT ABRI tahun 1995, penulis melihat panser ini sudah dilengkapi winch untuk menarik kendaraan di medan off road.
TNI-AD diperkirakan memiliki sekitar 60 unit Saracen, satu diantaranya bisa Anda lihat sebagai etalase di museum Lubang Buaya, Jakarta. Sesuai rancangannnya sebagai panser ringan, Saracen hanya dibekali senjata ringan. Satu pada kubah aktif bagian depan dan sebuah lagi di belakang (ring mount). Pilihan senjata mulai dari FN MAG GPMG (General Purpose Machine Gun) atau browning, yang jelas semuanya berkaliber 7,62 mm. Untuk sistem komunikasi, dilengkapi satu unit radio PRC-64 multi frekuensi.
Selain digunakan Kostrad, beberapa unit Saracen juga disebar untuk memperkuat satuan kavaleri di tingkat Kodam. Dengan rentang pengabdian yang demikian panjang, wajar bila Saracen punya banyak tanda jasa untuk operasi militer. Terakhir Saracen digunakan dalam operasi militer penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) beberapa tahun lalu.
Di negeri asalnya, Inggris. Saracen sampai tahun 80-an masih digunakan dalam operasi keamanan di kawasan Irlandia utara. Polisi Amerika Serikat pun nyatanya sampai saat ini juga masih kesemsem dengan Saracen, buktinya panser ini digunakan tim elit SWAT sebagai kendaraan penyerbu. Saking populernya, Saracen juga sempat ditampilkan dalam film Judge Dredd di tahun 1995. Saracen mempunya banyak varian, tapi utamanya terdiri dari tiga tipe, yakni Armoured Command Vehicle (ACV) yang dilengkapi ekstra radio dan roof mount. Kemudian ada Amoured Command Post (ACP) yang dilengkapi awning kanvas dan generator mini. Dan terakhir, versi Armoured Ambulance
                                                          
Spesifikasi Alvis Saracen
Berat 11 Ton
Panjang 4.8 meter
Lebar 2.54 meter
Tinggi 2.46 meter
Crew 2 + 9
Senjata Utama 2 x machine gun
Mesin Rolls-Royce B80 Mk.6A, 8 silinder petrol 119 kW
Suspensi 6 x 6 wheel
Jangkauan operasi 400 km
Kecepatan 72 km/jam (off-road 32 km/jam)
————————-

Panser Ferret TNI-AD (Ferret – Panser Intai “Kostrad” dari Era 60-an)

Dari beragam alutsista (alat utama sistem senjata) lawas milik TNI-AD, khusus di korps kavaleri, nama panser Ferret tentu harus diperhitungkan. Bersama dengan panser Saracen dan Saladin, Ferret didatangkan pada periode tahun 60-an. Bersama panser Saracen dan Saladin pula, Ferret turut menjadi saksi sejarah pergolakan saat revolusi di tahun 1965. Pada dasarnya Ferret dirancang sebagai kendaraan intai, kawal dan pemandu tempur tanpa kemampuan amfibi. Untuk itu Ferret dibuat dengan desain body yang mungil, tujuannya agara ”si Musang” ini dapat bergerak cepat dan lincah.
Dilihat dari body nya yang imut untuk ukuran alat temput, Ferret hanya diawaki oleh dua orang, yakni pengemudi dan komandan yang merangkap sebagai juru tembak. Untuk urusan senjata, tentu Ferret harus tahu diri, panser ini standarnya hanya dibekali senapan mesin kaliber 7,62 mm dalam kubah putar. Tapi beberapa negara pengguna Ferret juga berhasil melalukan pengembangan agar Ferret tampil lebih galak. Contohnya seperti kemampuan Ferret menggotong rudal anti tank Vigilant dan merian tanpa tolak balik. Untuk menunjang kemampuan tempur, Ferret menggunakan tipe ban run flat, tipe ban ini memungkinkan ban tidak langsung gembes bila terkena tembakan.
Setelah mengabdi selama 60 tahun di republik Indonesia, Panser besutan pabrik Alvis, Inggris ini masih digunakan hingga kini oleh Korps Kavaleri di lingkungan Kostrad. Ferret masuk dalam kompi intai kavaleri dan dalam tiap misi tempur, sudah umum bila Ferret-lah yang maju terlebih dahulu untuk memonitor situasi dan kemudian melaporkan hasil pantauan ke komando atas. Indonesia sendiri dikabarkan memiliki 55 unit Ferret tipe Mk1/2. Sejalan dengan perkembangan, Ferret milik TNI-AD sudah di retrofit, teruma dengan penggantian dari mesin bensin ke mesin diesel.
                                                                    
Spesifikasi
Negara pembuat : Inggris
Berat : 3,7 ton
Panjang : 3,7 meter
Lebar : 1,91 meter
Tinggi : 1,88 meter
Awak : 2 orang
Senjata utama : 7,62 mm
Suspensi : 4×4
Jarak tempuh : 306 Km
Kec max : 93 Km/jam
Mesin : Rolls Royce B60 6 silinder (mesin bensin)

Panser V-150 Commando TNI-AD

Tak banyak panser tempur Indonesia yang punya reputasi memukau dalam waktu operasional yang demikian panjang. Salah satunya tak lain adalah V-150 Commando buatan Cadilage Cage Company, Amerika Serikat.
Panser dengan empat roda ini (4×4) didatangkan ke Tanah Air sekitar tahun 70-an, dan hingga kini menjadi andalan dalam arsenal tempur Batalyon Kavaleri 7/Sersus (Panser Khusus) Kodam Jaya yang bermarkas di Cijantung, Jakarta. V-150 YonKav 7 terdiri dari empat varian, yakni versi intai dengan senapan mesin berat 12,7mm, versi meriam kaliber 90mm, versi twin gun 7,6mm MG Turret AP (Angkut Personel) dan versi komando.
Kabarnya jumlah total V-150 yang dimiliki TNI AD mencapai 200 unit. Dan secara langsung Indonesia menjadi pengguna V-150 terbanyak di dunia setelah Arab Saudi. Negara-negara tetangga ASEAN seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura juga memiliki panser jenis ini.
Secara umum bentuk bodi antar varian diatas relatif sama. Sisi-sisi bodi sengaja dibangun bersudut, fungsinya untuk menahan hempasan energi akibat ledakan saat panser melibas ladang ranjau.
Jenis ban pun mengadopsi teknologi run flat, artinya bila ban kempes, panser tetap bisa melaju sampai jarak 80 kilometer. Tak cuma itu, meski tak dibekali baling-baling, V 150 punya kemampuan untuk mengarungi air. Tenaganya berasal dari putaran roda saat di dalam air. Antara versi V-150 sebenarnya hanya dibedakan pada bentuk kubahnya.
Berbicara soal pengalaman tempur, V 150 tergolong cukup kenyang pengalaman. Kiprah tempur pertamanya dilalui saat operasi Seroja di Timor Timur. Dalam sebuah wawancara dengan kru panser V-150, penulis mendapat kisah menarik bahwa panser ini mendapat julukan “mobil setan” di kalangan gerombolan pemberontak. Pasalnya V 150 yang bertampang garang amat ditakuti sosoknya oleh pasukan Fretilin.
Selain misi tempur di dalam negeri, V 150 YonKav 7 juga pernah dikirim untuk memperkuat misi pasukan perdamaian PBB di Kamboja. V 150 juga menjadi panser yang diandalkan untuk menindak rusuh massa, ini dibuktikan pada saat kerusuhan Mei 1998, V 150 yang mendukung PHH (Pasukan Anti Huru Hara) yang dilengkapi kawat berduri disekeliling bodinya.
V-150 Retrofit TNI-AD
V-150 yang dimiliki TNI-AD tentunya kini telah melalui program retrofit di Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD. Komponen yang diretrofit mencakup penggunaan mesin Diesel V6-155 6 silinder 4 langkah dengan daya 149 BHP/3300 RPM dan torsi 39,2 KGM/1900 RPM memberikan kemampuan dan kecepatan yang sama dengan aslinya serta pemakaian bahan bakar yang lebih hemat. V-150 retrofit menggunakan transmisi otomatis Allison AT-545 4 speed, empat maju satu mundur memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengemudi.
Sebagai perbandingan, V-150 retrofit punya jarak jelajah hingga 800 Km, sedang versi aslinya hanya 643 Km. Kecepatan maksimum V-150 retrofit mencapai 89 Km/jam, sedang V-150 versi aslinya kecepatan maksimumnya 88,5 Km/jam.
V 150 juga ikut membantu pemulihan keamanan di Aceh, tak sedikit anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang meregang nyawa akibat muntahan perluru dari panser ini. Saat ini V 150 diketahui juga ditempatkan untuk mengamankan komplek pertambangan Freeport di Papua
      
Spesifikasi V-150 Commando
Weight : 9,888 kg.
Length : 5.69 m
Width : 2.26 m
Height : 2.54 m (turret roof), 1.98 m (hull top)
Crew : 3+2
Armor : classified
Primary armament : 1 x 20 mm, 1 x 7.62 mm Machinegun
Secondary armament : 2×6 40 mm Smoke Dischargers
Engine : V-504 V8 diesel turbo charged engine 202 bhp
Power/weight : 18.75 bhp/ton
Operational range : 643 km
Speed : 88 km/h (road), 5 km/h (water)
——————————————————————————-

Alvis Stormer TNI-AD

Indonesia bisa dibilang telah menjadi pelanggan setia produk militer besutan Alvis. Sejak dekade tahun 60-an, beragam alat tempur kavaleri TNI-AD didatangkan, salah satunya berasal dari Inggris. Alvis menjadi pemasok yang cukup strategis, produsen alat tempur asal Inggris ini telah memasok beragam tipe panser, seperti Ferret, Saracen, dan Saladin. Walau telah berusia lebih dari 50 tahun, ketiga panser tadi masih operasional lewat program upgrade.
Memasuki era 90-an, TNI-AD kembali kedatangan alat tempur besutan Alvis. Yakni tank ringan Scorpion dan tank APC (armored personel carrier) Stormer, kedua tank ini didatangkan pada medio tahun 1997 hingga 1999. Hadirnya Scorpion dan Stormer memang disiapkan sebagai arsenal kaveleri utama, dimana andalan TNI-AD sebelumnya yakni tank AMX-13 kanon 75 mm dan AMX-13 VCI/APC sudah dianggap terlalu tua untuk dijadikan andalan, meski varian AMX-13 sudah di upgrade total oleh TNI-AD dan hingga kini masih memperkuat beberapa batalyon kaveleri.
Menurut informasi dari lembaga riset ADF, Indonesia setidaknya memiliki 40 unit Stormer dari beragam versi. TNI-AD diketahui memiliki versi tank jembatan (bridge layer), recovery vehicle, ambulance, logistic vehicle, dan versi commando. Sedangkan masih ada beberapa versi yang tak dimiliki oleh TNI-AD, seperti versi penyapu ranjau (mine layers), air defence dengan rudal atau kanon 30 mm, dan versi pelontar mortir 81/120 mm. Pada versi commando yang dimiliki TNI-AD, Stormer sebatas dilengkapi senjata berupa kanon 12,7 mm dan 7,62 mm.
Stormer mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya mampu mendukung proteksi personel pada kondisi perang NBK (nuklir, biologi, dan kimia) lewat penambahan perangkat khusus. Stormer dilengkapi pula dengan passive night-vision equipment. Walaupun sejatinya Stormer bukan tank amfibi, tank ringan ini dilengkapi dengan amphibious kit untuk melaju di air secara terbatas.
Penampilan Stormer versi Commando dalam sebuah defile di Surabaya
Stormer adalah tank angkut personel yang sangat ideal untuk kondisi geografis di Indonesia. Hal ini terlihat dari bobotnya yang hanya 12,7 ton. Mobilitas Stormer pun terbilang tinggi, tank dengan 2 kru dan kapasitas angkut pasukan 12 personil ini dapat diangkut dengan mudah oleh pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Sebuah Hercules dapat memuat 1 unit Stormer.
Di lingkungan TNI-AD, Stormer disiapkan dalam satu paket gelaran dengan tank Scorpion. Penempatan kedua tank ini dibawah satuan kavaleri Kostrad, yakni pada Yon Kav 8 di Divisi Infrantri 2 Kostrad (Jawa Timur) dan Yon Kav 9 di Divisi Infantri 1 Kostrad (Jawa Barat). Selain Indonesia, negara jiran Malaysia diketahui juga menggunakan Stormer dengan jumlah 45 unit, Oman membeli 4 unit dan tentunya AD Inggris dengan 151 unit.
Spesifikasi Stormer
Negara pembuat : Inggris
Berat : 12.7 tonnes
Panjang : 5.27 m
Lebar : 2.76 m
Tinggi : 2.49 m
Kru : 2 + 12
Mesin : Perkins 6 litre, 6 cylinder diesel 250 hp (186 kW)
Transmisi : David Brown TN15D
Suspensi : Torsion bar
Jarak tempuh : 640 Km
Kecepatan Max : 80 km per jam
—————————————————————————————

Panhard VBL TNI-AD

Sekedar buat unjuk gigi alias show of force, pada kediaman presiden dan wapres lumrah ditempatkan alutsista TNI-AD berupa kendaraan lapis baja dari jenis panser. Apalagi saat musim demonstrasi, hadirnya panser lumayan ampuh sebagai unsur penggetar bagi demonstran yang berniat rusuh. Salah satunya dibuktikan dari penempatan panser ringan jenis Panhard VBL 4×4. Panser model jip ini disiapkan secara khusus saat kediaman wapres Boediono di Yogyakarta yang sempat didatangi para demonstran. Menurut pemberitaan, ada 2 panser VBL yang menjaga kediaman Boediono yang berasal dari Yon Kav Serbu 2 Kodam IV Diponegoro.
Panhard VBL termasuk alutsista anyar yang dibeli dari Perancis. Performa panser ini terbilang sangat baik dalam berbagai medan pertempuran. Setidaknya kini ada 17 negara yang mengoperasikan VBL, termasuk Indonesia kabarnya yang membeli sejumlah 18 unit Panhard VBL. Meski jumlah yang dimiliki Indonesia sangat sedikit, panser ini ikut serta dalam misi batalyon mekanis PBB di Lebanon.
Bagi TNI khususnya TNI AD sangat familiar dengan kendaraan satu ini, Kendaraan yang masuk dalam kategori “Light armoured vehicle” alias kendaraan lapis baja ringan ini mampu digunakan dalam berbagai misi sehingga berbagai varian pun di munculkan oleh produsennya yaitu ; Société de Constructions Mécaniques Panhard et Levassor yang berlokasi di Paris Perancis. Walaupun mempunyai berbagai varian hingga kurang lebih 10 varian termasuk diantaranya versi ekspor, namun pada dasarnya Panhard VBL berasal dari dua versi dasar yaitu Panhard VBL versi kendaraan tempur anti tank yang di awaki oleh 3 personel dan di persenjatai dengan senapan mesin kaliber 7.62 mm dan versi Panhard VBL untuk intelijen atau kendaraan intai yang di awaki 2 personel dan dipersenjatai dengan senapan mesin kaliber 7.62mm serta senapan mesin kaliber 12.7 mm.
Dengan menggunakan mesin diesel 4 silinder turbocharged Peugeot XD3T yang mampu menghasilkan tenaga 105hp, Panhard VBL mampu melaju hingga kecepatan maksimum 95km/jam dengan daya jelajah yang dapat di tempuh 600km, kendaraan yang mempunyai berat total 3.590kg ini mampu dikirim ke berbagai tempat dengan menggunakan alat angkut udara. Salah satu keistimewaan dari Panhard VBL hingga banyak di gunakan oleh berbagai negara adalah, kemampuannya berenang di permukaan air, ini dimungkinkan karena Panhard VBL dilengkapi juga dengan baling-baling tunggal yang di pasang di bagian belakang bodinya, daya dorong baling-baling tersebut mampu membuat Panhard VBL berenang hingga kecepatan 4.5 km/jam.
Spesifikasi Panhard VBL
Berat 3,5 sampai 4 ton
Panjang 3,80 m (4.00 m long version)
Lebar 2,02 m
Tinggi 1,70 m
Awak 2-3
Senjata terganung versi
Mesin Peugeot XD3T turbo-diesel
hp ( kW)
Suspensi 0,35 m ground clearance
Jarak Tempuh 600 km (can be extende
——————————————————————————————

P2 APC TNI

Jika dilihat dari luar, tidak ada yang menyangka pabrik berukuran sekitar 10 x 25 meter itu telah menghasilkan mobil perang yang telag diekspor hingga ke Srilangka. Dari luar, hanya terlihat gerbang besi setinggi dua meter menutupi aktifitas karyawan di dalamnya. Namun saat masuk ke dalam, terlihat jejeran panser dan kendaraan tempur lainnya siap dijalankan. Produk terbaru yang telah diekspor ke luar negeri oleh perusahaan ini adalah P2 Armored Personnel Carrier (APC), sebuah kendaraan lapis baja ringan.
“Beberapa waktu lalu kami mengirimkan lima unit P2 APC ke Srilangka untuk digunakan oleh Special Task Force Police Srilangka,” ujar Gatot Kalbuadi, Direktur PT Sentra Surya Ekajaya. P2 APC adalah sebuah kendaraan lapis baja ringan yang didesain untuk membawa pasukan yang akan melakukan misi penyerangan. Menurut Gatot, pasnser ini memiliki mobilitas yang tinggi, serta memiliki teknologi tingkat atas dan sistem persenjataan yang lengkap.
Ada sensasi tersendiri saat duduk di belakang kemudi kendaraan tersebut. Dengan mesin diesel enam silinder segaris kapasitas 4.200 cc dilengkapi turbo buatan Toyota, kendaraan perang ini sangat asyik dibawa ngebut.
Monde dibuat terkejut dengan akselerasi kendaraan ini . Kecepatan puncak kendaraan ini cukup lumayan. Sekali geber, bisa melaju hingga 150 km/jam dan bisa mencapai kecepatan 100 km per jam (dari keadaan diam) dalam waktu 15 detik.
Pengoperasiannya pun terbilang mudah, karena menggunakan transmisi otomatis. Hanya saja kemudi kendaraan agak keras sehingga perlu keahlian khusus untuk bermanuver di medan perang.
Layaknya sebuah kendaraan perang, P3 APC memiliki kaca anti peluru dengan ketebalan 36 mm atau 14 cm. Sementara untuk rangka, kendaraan ini menggunakan baja ringan setebal 7 mm yang diimpor langsung dari Swedia.
“Sebenarnya kami ingin menggunakan lebih banyak komponen lokal, termasuk baja yang dipakai untuk rangka. Sayangnya PT Krakatau Steel belum mampu menyediakan baja yang kami minta,” kata Gatot.
Untuk kelas sejenis, menurut Gatot, P3 APC belum memiliki saingan. “Baru pabrik mobil Renault di Perancis yang bikin seperti gini. Tapi kelasnya juga lebih kecil,” ujar pria yang mengaku pernah berbisnis jalan tol itu.
P3 APC memang dirancang sebagai kendaraan yang tahan gempuran peluru. Namun kalau dilihat penggunaan baja ringannya, Monde sangat khawatir jika harus menumpanginya di pertempuran. Sumber kami di kalangan Kopassus bahkan langsung tertawa melihat spesifikasi kendaraan tempur ini. “Paling penyok kalau ditembak dengan kaliber 5,56 mm. Dengan catatan nembaknya dari jarak dua kilometer!”. Sang sumber yang makan asam garam di beragam palagan itu menuturkan. Dengan ketebalan hanya 7 mm sudah pasti APC ini bakal jadi saringan tahu ketika berhadapan dengan pelor ukuran 5,56 mm jenis full metal jacket. Tapi pendapat sang mantan anggota Kopassus itu ditampik Gatot menurutnya kendaraan ini telah mendapatkan uji balistik oleh Dephan. Ketika itu P2 APC tahan digempur peluru 5,56 hingga 7,62 mm dari jarak 20-30 meter.
Jadi dengan konfigurasi ini panser sangat aman jika hanya digunakan untuk melaju menembus hujan batu para demonstran. Kelebihan yang lain ada pada penggunaan ban jenis run flat. Ban dengan teknologi Run Flat Tyre Protection System bisa melaju kencang karena di dalam bannya dilapisi dengan pelindung alumuniun, sehingga ban meski bocor masih bisa melaju. Keistimewaan lain dari panser ini adalah cat yang anti infra red. “Jadi jika berjalan di malam hari, kendaraan ini tidak akan terdeteksi musuh yang menggunakan teropong infra red,” jelas Gatot. Sensasi lain dari P3 APC adalah penggunaan mesin 4200 cc yang memiliki peredam mumpuni sehingga tidak berisik. Suara mesinnya termasuk halus untuk ukuran mesin perang. Jika untuk patroli, P3 Ransus dengan kondisi full tank bisa menempuh jarak hingga 500 kilometer. Beberapa komponen kendaraan ini murni produk dalam negeri yang menggunakan komponen lokal, seperti gardan, pelek, serta portal.
Dengan harga sekitar Rp 3 miliar – Rp 4 miliar, P3 APC sangat nyaman dikendarai. Walaupun dibungkus baja tebal, saat 10 personil plus supir dan asistennya masuk ke dalamnya udara taka akan gerah karena adanya pendingin udara. Selain itu di kokpitnya, pengendara disuguhi layar LCD yang bisa menampilkan posisi panser di jalanan lewat pantauan penjejak posisi (GPS). Untuk penumpang, joknya bisa disetel menghadap atau membelakangi jendela. Saat ini PT Sentra Surya Ekajaya yang memproduksi P2 APC yang berada di depan sebuah restoran soto itu memiliki karyawan sekitar 50 orang, dan memiliki kapasitas produksi sekitar 30 unit per tahun.  “Beberapa waktu lalu angkatan bersenjata India juga sudah menghubungi kami untuk menggunakan kendaraan ini di perbatasan Nepal,” tandasnya.
 
Spesifikasi Teknis P2 APC :
- Kapasitas : 10 orang
- Konfigurasi : 4 x 4
- Panjang : 4.750 mm
- Lebar : 2.064 mm
- Tinggi : 2.010 mm
- Turning radius : 9.000 mm
- Berat : 5590 kg
- Berat (Dengan Senjata) : 6.600 mm
- Mesin : Turbo diesel 6 silinder
- Daya Mesin : 165 tenaga kuda
- Suspensi : Coil Spring
- Transmisi : Manual / Otomatis
- Sistem Rem : rem cakram (depan dan belakang)
- Max Road Speed : 100 km/jam
- Kaca : anti peluru 36 mm
- AC : Double Blower
—————————————————————————————-
VAB 4 X 4
VAB, singkatan dari Véhicule de l’Avant Blindé (bahasa Perancis “Kendaraan Lapis Baja Pemimpin”), adalah kendaraan pengangkut lapis baja yang diproduksi oleh Divisi Euro Mobilité dari GIAT Industries Perancis. VAB adalah kendaraan amfibi, memiliki kemampuan off-road yang luar biasa, dan bisa dimodifikasi menjadi berbagai versi. Versi modern dari VAB sudah memiliki lebih dari 1000 perubahan baru dibandingkan dengan versi awal. pada tahun 1997 Indonesia pernah mengadakan ranpur VAB 4×4 sebanyak 18 unit yang dibeli dari Giat Industries bekerjasama dengan Renault-Trucks Perancis. Perusahasaan Renault ini punya kemampuan
untuk melaksanakan rekondisi ranpur VAB 4×4.
KARATERISTIK
 Awak : 2 + 10 orang
Panjang : 5,98 m
Lebar : 2,49 m
Tinggi : 2,06 m
Berat : 13 ton
Mesin : Renault MIDR 062045
(300 hp (224 kw )
Kecepatan : 92 km/jam
Tenaga/Berat : 23 hp/ton
Daya jelajah : 1000 km
———————————————————————————-
Panser ANOA (APS-3) 
APS-3 “Anoa” (Angkut Personal Sedang) adalah pengangkut personel lapis baja 6×6 dikembangkan oleh PT Pindad di Indonesia. APS-3 ini dinamai Anoa, yang merupakan jenis kerbau pribumi ke Indonesia. Prototipe pertama kali diresmikan di ulang tahun ke-61 TNI pada 5 Oktober 2006 di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Selatan.
ANOA telah secara resmi diperkenalkan kepada publik di Indo Defence & Aerospace 2008 setelah ditampilkan dalam parade TNI pada 5 Oktober 2008. Pada tanggal 30 Agustus 2008, 10 APS-3 itu telah diproduksi dengan rencana memiliki 150 kendaraan yang akan diproduksi untuk Angkatan Darat Indonesia. 10 dari Pansers itu diserahkan kepada pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertahanan.
Sejarah perkembangan dari Panser Pindad dimulai pada tahun 2003 sebagai akibat meningkatnya intervensi militer di propinsi Aceh. Selama konflik, Angkatan Darat Indonesia mendesak agar diajukan permintaan untuk lendaraan pengangkut personel lapis baja untuk transportasi pasukan.
PT Pindad menanggapi permintaan ini pada tahun 2004, dengan APR-1V (Personal Angkut Ringan) sebuah kendaraan lapis baja 4×4 didasarkan pada sasis truk Izuzu komersial. 14 kendaraan itu dibangun oleh Pindad dan dikirim ke Aceh untuk evaluasi dan pencobaan. Namun, tindak lanjut atas perintah untuk 26 kendaraan lain dibatalkan setelah tsunami 2004.
APC Pindad melanjutkan program pembangunan dengan bantuan dari Badan Untuk Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT pada tahun 2005. Prototipe berikutnya adalah APS-1 (Angkut Personal Sedang), sebuah desain 6×6 yang lagi berdasarkan Disain dari Truck Komersial yang dibuat oleh PT Texmaco. Meskipun tidak dipilih untuk produksi, pengalaman yang diperoleh dalam pengembangan APS-1 meyakinkan Angkatan Darat Indonesia untuk memberi lampu hijau dengan Pindad untuk mengembangkan generasi berikutnya dari kendaraan Panser, APS – 2 pada biaya produksi 600 juta rupiah atau US $ 60.000.
APS-3 berbeda dari pendahulunya yang telah didasarkan pada platform truk komersial. Sebaliknya, “Anoa” menggunakan desain lambung monocoque yang terdiri dari baja komposit. Batang torsi baru sistem suspensi juga dikembangkan untuk Panser. Saat ini, mesin dan transmisi yang diimpor dari Renault. Pengemudi duduk di sebelah kanan kendaraan sementara kendaraan komandan duduk di sebelah kiri.
Pada dasarnya kendaraan dilengkapi dengan sebuah kubah di sebelah kiri kendaraan dan bersenjata dengan 12,7 mm (.50 cal) senapan mesin berat 40 mm atau pelontar granat otomatis. Versi Canon menggunakan CMI Defence’s CSE-90 turret dengan Cockerill 90 mm Mk III. Versi ini telah diresmikan di Indo Defence & Aerospace 2008, dan juga telah diumumkan bahwa APS-3 Versi Canon akan digunakan ke dalam Angkatan Darat pada tahun 2010.
Panser Anoa Tipe APC memiliki spesifikasi teknik antara lain Dimensi (P x L x T (mm) : 6000 x 2500 x 2500, Berat (GVW/GCW) (Ton) : 11 / 14, Power to Weight Ratio : 22,85 HP/Ton, Kesepatan (Km/Jam) : 90, Radius Putar (m); 10, Daya Tanjak ; 60% (31*), Kemampuan Mengarung (m): 1; Loncat Parit (m): 0,75, , Kemiringan : 30% (17*), Jarak Tempuh (Km): 600.Selaim itu di lengkapi dengan mesin Renault Diesel Inlene 6 Cylinder 320 Hp Turbo Charger Intercooler. Transmisi: Automatic ZF 6HP502, 6 forward/1 reverse. Body Hull: Monocoque, Baja Tahan Peluru #8 mm dan #10 mm, Kaca Tahan Peluru # 38 mm. Suspensi : Independent Modular dengan Torsion Bar. Paner Anoa juga diperlengkapi persenjataan : 7,62 mm, 12,7 mm (Infantri, AGL 40 40 mm (Kavaleri). Disamping itu juga diperlengkapi dengan alat komunikasi : Intercom set + VHF/FM (Anti Jamming + Hopping), GPS.
—————————————————————————————-

BRDM-1 TNI

Peninggalan mesin perang era tahun 60-an di Republik ini lumayan banyak, terutama yang berasal dari Uni Soviet. Meski sebagian besar arsenal tempur era Bung Karno ini sudah masuk museum, tapi toh masih ada beberapa yang terus digunakan hingga saat ini, contoh nya tank amfibi legendaris PT-76 dan panser amfibi BTR-50 milik Korps Marinir TNI-AL.
Ibarat tak kenal maka tak sayang, pada era tahun 60-an, utamanya saat momen pembebasan Irian Barat, Indonesia ternyata pernah kedatangan panser amfibi 4×4 yang cukup legendaris, yakni BRDM (Bronirovannaya Razvedyvatelnaya Dozornaya Mashina)-1. Panser untuk misi intai ini terbilang unik, sebab BRDM-1 dilengkapi 4 roda tambahan yang bisa dinaikan dan diturunkan. Guna 4 roda tambahan tersebut untuk meningkatkan performa panser saat melahap medan off road.
BRDM-1 dirancang dengan beberapa versi, dari mulai versi standar hingga versi lanjutan yang mampu menggotong 3 sampai 6 rudal anti tank ‘Sagger’. BRDM-1 versi Indonesia adalah versi standar, dirancang untuk dipersenjatai senapan mesin kaliber sedang 7,62 mm atau senapan mesin berat Dshk kaliber 12,7 mm. Secara keseluruhan, versi BRDM-1 mencakup varian Command Vehicle, Radiological Chemical Reconnaissance Vehicle, dan BRDM-1 with Sagger.
BRDM-1 diawaki oleh empat orang, (driver, co-driver, gunner, dan komandan). Untuk melaju di lautan, panser ini dilengkapi penangkal gelombang yang bisa digerakan secara otomatis. Untuk melaju di air, panser ini dibekali baling-baling tunggal pada bagian belakang. Panser ini menggunakan mesin tipe GAZ-40PB dengan 6 silinder berbahan bakar bensin. Letak mesin berada di bagian depan.
Menurut sumber dari Wikipedia, Indonesia setidaknya pernah memiliki 10 unit BRDM-1 yang dipesan pada tahun 1962 dan tiba di Tanah Air pada tahun 1963. Populasi BRDM-1 di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 10.000 unit, sebagian besar berada di negeri eks sekutu Uni Soviet. Saat ini diketahui salah satu unit BRDM-1 masih dirawat oleh Korps Marinir TNI-AL sebagai kendaraan non operasional. Sisanya, dua unit BRDM-1 bisa Anda lihat di depan gerbang Ksatrian Marinir di Cilandak. Ada lagi 1 unit BRDM-1 menjadi penghuni museum Satria Mandala di Jakarta.
Spesifikasi BRDM-1
Negara Pembuat : Uni Soviet
Produksi : 1957 – 1966
Berat : 5630 Kg
Panjang : 5,7 meter
Lebar : 2,25 meter
Tinggi : 2,9 meter
Kapasitas BBM : 150 liter
Jangkauan operasi : 750 Km (di darat)
120 Km (di Air)
Kecepatan maksimum : 90 Km/jam di darat
9 Km/jam di air
—————————————————————————————
BTR-40
BTR-40 adalah APC pertama yang dibuat oleh Uni Soviet setelah Perang Dunia II selesai. Mulai dirancang pada tahun 1947, kendaraan pengangkut personel ini diproduksi pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1960 dengan jumlah produksi mencapat sekitar 8.500 unit. BTR-40 tercatat pernah digunakan oleh setidaknya 40 negara dan saat ini sekitar 20 negara, termasuk Indonesia, masih menggunakan kendaraan lapis baja sebagai bagian dari kekuatan militer mereka.
Kendaraan pengangkut personel ini pada dasarnya adalah truk GAZ-63 yang dimodifikasi dengan diberi lapisan baja setebal 6-8mm. BTR-40 diawaki oleh dua orang dan bisa mengangkut antara enam sampai dengan delapan orang personel. Selain sebagai APC, BTR-40 sering pula difungsikan sebagai kendaraan intai. Panser ini dipersenjatai antara satu sampai dengan tiga pucuk senapan mesin SGMB kaliber 7,62mm. Beberapa konflik bersenjata yang melibatkan BTR-40 antara lain Perang Vietnam, Perang Enam Hari tahun 1967, Perang Yom Kippur tahun 1973, dan operasi militer TNI/Polri di Aceh.

Specification 
Crew : 2 + 8
Armament :
Main : 1 or 3 x 7.62mm machine guns
Combat weight : 5,300 kg
Length : 5.00 m
Width : 1.90 m 
Height : 2.20 m
Powerpack : 80 hp GAZ-40 petrol engine
Maximum road speed : 80 km/h
Range : 430 km
—————————————————————————————————

BTR-80 Korps Marinir TNI-AL

BTR-80 dibuat oleh Arzamas machinery Construction Plant, Nizhny Novgorod, Rusia, dirancang untuk membawa personil dimedan tempur dan memberikan dukungan tembakan jarak dekat. Juga untuk melakukan pengintaian, dukungan tempur dan misi patroli. Mulai digunakan AD Rusia akhir 1980an dan telah teruji diberbagai pertempuran, termasuk misi perdamaian PBB.
BTR-80 adalah pengangkut personel lapis baja beroda 8×8 yang dirancang Uni Soviet. Produksi dimulai pada tahun 1986, untuk menggantikan versi-versi sebelumnya, yaitu BTR-60 dan BTR-70. Soviet merancang BTR-80 berdasarkan BTR-70. Kendaraan ini menggunakan mesin diesel V-8 turbo 260-hp.
Korps Marinir TNI-AL mengakusisi 12 BTR-80A. Kendaraan baja tersebut bertugas dengan Detasemen Kavaleri di dalam Brigade Marinir I. BTR-80 Indonesia dipersenjatai dengan senapan mesin 14.5 mm dan 7.62 mm.
BTR-80A memiliki daya angkut sepuluh orang, terdiri komandan, pengemudi, penembak, serta tujuh orang pasukan. Persenjataan di antaranya dilengkapi fasilitas perlindungan serangan senjata NBC (nuklir, biologi, kimia), sistem penembakan otomatis senjatanya, serta sistem kamuflase.
Persenjataan standar terdiri mitraliur 2A72 (kaliber 30 mm dengan daya tembak 330 butir peluru per menit, yang dapat menembus baja tipis), senapan mesin PKT (kaliber 7,62 mm x 39 dengan untaian 2.000 butir peluru, jarak tembak 1.500 m), serta enam pelontar granat asap.
Varian dan Pengembangan
Beberapa pengembangan dari BTR-80, antara lain, BREM-K Ran Harkan; BMM versi ambulan; RkhM-4-01 Ran Intai anti-radiasi dan Nubika; dan 2S23 Nona SVK 120mm self-propelled gun, yang mulai digunakan AD Rusia sejak 1990.
Versi yang lebih besar adalah BTR-90 dengan peningkatan proteksi lapis baja, dilengkapi dengan persenjataan kanon otomatis 2A42 kaliber 30mm dengan kemampuan membawa sista rudal anti- tank Konkurs.
Bulan Juli 2005, perusahaan Polandia, Bumar, mendapat kontrak dari pemerintah Irak untuk memasok 115 unit BTR-80 APC rekondisi, ex-AD Hongaria untuk pengiriman 2006. Bangladesh juga memesan tambahan dari Rusia 60 unit BTR-80 APC untuk misi perdamaian PBB.
BTR-80 Amfibi
BTR-80 sepenuhnya adalah ranpur amfibi. Pada bagian kabin terdapat tujuh ball-swivel firing ports, empat pada sisi kanan dan tiga pada sisi kiri, sama halnya dengan port diatas hatches dari kompartemen penembakan. Hatches memiliki pintu lapis baja pada kedua sisi kendaraan. Kendaraan ini juga memiliki perlindungan Nubika, system pemadam kebakaran otomatis, perlengkapan penyamaran, pompa bilge dan winch self- recovery.
Persenjataan
BTR-80 dipersenjatai dengan kubah senapan mesin BPU-1, untuk senjata KPTV kaliber 14.5mm dan Senapan mesin coaxial PKT kaliber 7.62mm. Kubah dapat berputar 360° dengan sudut elevasi 60° guna melakukan pertahanan udara.
Jarak tembak senjata sekitar 2km, dan jarak tembak kaliber 7.62mm sejauh 1.5km. Amunisi yang dapat dibawa 500 butir untuk KPVT dan 2.000 butir untuk PKT. Enam pelontar granat asap masing-masing tiga per sisi senjata utama.
SPESIFIKASI
Jumlah awak 10 (3+7)
Bobot: 13,600 kg +3%
Power-to-weight ratio: 19.1 hp/t
Mesin Disel 7403 four-stroke 8-cylinder, liquid cooled, 260 hp
Roda: pneumatic, tubeless
Suspensi independent on traverse levers
Panjang keseluruhan 7.65 m
Lebar 2.9 m
Tinggi 2.35 m
Jejak roda 2.41 m
Clearance 475 mm
Radius berputar kendaraan 13.2 m
Kecepatan maksimum di jalan raya: 80 km/jam
Kecepatan maksimum di medan sulit 20 – 40 km/hour
Amphibi 9 km/hour
Jarak tempuh di jalan raya: 600 km
Jarak tempuh medan sulit 200 – 500 km
Jarak tempuh ampibi 12 hours
Kemiringan menanjak 30 derajat
Kemiringan menyamping 25 derajat
Halangan vertical 0.5 m
Halangan parit 2 m
—————————————————————————————————-
BTR-50 P
BTR-50 adalah salah satu alutsista (alat utama sistem senjata) milik TNI-AL yang sudah berusia lanjut alias paruh baya. Umur panser amfibi (pansam) ini bila ditakar memang cukup sepuh, sebab sudah beroperasi di Tanah Air sejak 1962. Pansam BTR-50 dibeli dari Uni Soviet bersamaan dengan tank amfibi legendaris Marinir, yakni PT-76. Kedua alat tempur ini memang di impor dalam menyongsong operasi Trikora. Di negeri asalnya, BTR-50 mulai beroperasi sejak 1955.
Meski sudah berusia 48 tahun, BTR-50 hingga kini tetap masih dioperasikan dengan dilakukan retrofit pada spare part yang sering mengalami keausan akibat pengunaan antara lain hull/body Arm & wheel hub, Track idler, Hub Idler, Rear, Shock Absorber, Superior Whee, Sprocket, Wheel, Track, Suspension, Front Shock Absorber melalui kerjasama antara Balitbang Dephan dengan PT. Pindad. Selain retrofit BTR-50 kini juga dilengkapi instrumen tambahan seperti alat pemadam kebakaran, sistem elektrik, alat pangtur suhu, alat kombinasi antar bagian, GPS (Global Positioning System), dan night google vision.
BTR-50 P (Browne Transporter 50 Palawa) punya kiprah panjang dalam sejarah operasi militer di Tanah Air. Beragam operasi amfibi sudah dilalui, seperti operasi Seroja di Timor Timur sampai operasi pendaratan menumpas GAM di Aceh. Karena usia yang tua, pansam ini kerap dituding sebagai penhantar maut bagi para awaknya. Setidaknya sudah 2 kali BTR-50 mengalami kecelakaan di laut, pertama saat operasi pendaratan amfibi saat operasi Seroja di tahun 70-an. Dan yang kedua saat Latihan Armada Jaya XXVII. Sebuah BTR 50 P yang mengangkut 15 prajurit marinir tenggelam di pantai Tanjung Jangkar di kedalaman 30 meter setelah bergerak menuju pantai 1300 meter dari KRI Teluk Kau-504. Bagian buritan pansam ini bergoyang dan tergulung ombak sehingga tenggelam. Sebanyak 8 prajurit Marinir selamat dan tujuh prajurit lainnya meninggal dunia.
Pansam BTR-50 P merupakan andalan jajaran kavaleri Korps Marinir TNI AL, malah terlihat lebih dianndalkan ketimbang tank amfibi AMX-10 yang usianya jauh lebih muda dan modern. Panser ini berbobot 15 ton dan pada tahun 1990-an telah mengalami modernisasi pada sistem penggerak, sistem senjata, dan sistem sensor. Modernisasi sistem penggerak berupa pergantian mesin yang berbobot lebih ringan namun bertenaga lebih besar dari mesin aslinya. Sistem senjata berupa penambahan dudukan senapan mesin ringan untuk menjamin perlindungan bagi prajurit yang keluar dari panser.
Pada umumnya BTR-50 berasal dari dua Negara yaitu BTR-50 P Rusia dan BTR-50 PK Ukraina. Untuk mengamankan NKRI BTR yang ada dilingkungan Marinir berjumlah 82 unit. Awalnya, kabin berkapasitas 20 orang pasukan bersenjata lengkap tak punya penutup atas. Baru pada tahun 1960 dengan alasan guna mendongkrak proteksi penumpang maka varian BTR-50 PK dilengkapi tutup kabin (hatch). Varian terakhir inilah yang sampai sekarang dipakai Korps Marinir TNI-AL.
BTR-50 berkapasitas solar penuh (full tank) sekitar 260 liter dan memiliki kemampuan melakukan penjelajahan 260 km. Satu liter solar, mampu mendorong sejauh 1 km dengan kecepatan 44 Km per jam. Itu kalau berada di jalan raya. Sedangkan di medan off-road, kecepatannya 25 Km per jam. Sedang di laut pansam ini mengandalkan dua unit water-jet. Kedua piranti ini sanggup menghela badan ranpur dengan kecepatan 10 Km per jam. Uniknya, kendaraan ini bisa juga berenang mundur pada kecepatan 5 Km per jam. Selain itu BTR-50 mampu menerjang ombak berketinggian maksimal 1,5 meter.
Saat ini dalam tiap operasi, BTR-50 memuat 16 orang personel, ditambah tiga orang kru. Ketiga kru tersebut adalah komandan kendaraan, pengemudi, dan penembak. Selain itu, juga dilengkapi oleh dua jenis senjata. Sayangnya, kendaraan ini tidak ada AC-nya. Untuk memperpanjang usia pakainya, BTR-50 tak lagi mengandalkan komponen orisinilnya. Sebab, pasca Peristiwa G-30S, suku cadang mendadak jadi langka. Alhasil perombakan lumayan besar diterapkan pada jeroan BTR 50. Menu utama perombakan adalah soal dapur pacu. Mesin diesel yang tadinya tipe V 6 asli Rusia, diganti dengan GM 6V-92T diesel keluaran AS.
Selain di Indonesia dan Rusia, BTR-50 juga banyak dipakai negara-negara eks blok Timur. Cina bahkan memproduksi versi lain dari BTR-50. Meski kodratnya sebagai kendaraan amfibi, BTR-50 juga aktif berperang di medan gurun pasir. Hal ini terbukti saat Mesir melancarkan perang Yom Kippur melawan Israel. BTR-50 aktif digunakan militer Mesir untuk melakukan operasi penyeberangan pasukan.
Spesifikasi
- Crew : 2+20
- Armamament : 1 x 7.62 mm machine gun
- Ammunition : 1,250 x 7.62mm
- Length : 7.08 m
- Width : 3.14 m
- Height : 1.97 m
- Weight : 14,200kg
- Engine : Model 6-cylinder in line water cooled diesel developing 240 hp at 1,800 rpm
- Max Road Speed : 44 kmh




Tidak ada komentar:

Posting Komentar