kemenangan Pandawa
Kresna
sang raja Dwarawati dalam kisah pewayangan adalah titisan Dewa Wisnu
yang bertugas melindungi Pandawa yang mana di dholimi pihak Kurawa dan
memenangkannya dalam perang Baratayuda. Sebelum perang dimulai Kresna
tampil sebagai duta Pandawa ke Astina dalam rangka menyelesaikan konflik
perebutan kerajaan Astina. Misi yang diemban Kresna adalah agar tidak
terjadi perang. Pandawa minta setengah wilayah Astina kepada kurawa,
andaikata tidak diberikan Pandawa rela hanya menerima lima wilayah
pedesaan yaitu Awisthala, Wrekashala, Waranawata, Makandi, dan Awasana.
Bagaimanapun Pandawa tetap menempuh jalan damai. Namun Duryadana menolak
mentah-mentah permintaan Kresna, bahkan dengan seluruh kekuatan Kurawa
berusaha membinasakan Kresna. Dalam keadaan terdesak Kresna berubah
menjadi raksasa dan akan menghancurkan Kurawa, namun Batara Narada
mencegahnya dan menjelaskan bahwa menurut Serat Jitabsara perang Baratayuda harus terjadi. Akhirnya Kresna mengurungkan niatnya tersebut.
Sadar perang
Baratayuda akan terjadi, dengan kepintarannya Kresna berusaha sedkit
demi sedikit melemahkan posisi Kurawa antara lain dengan meminta Karna
memihak Pandawa, namun merasa sadar bahwa dirinya berhutang budi kepada
Kurawa dan lebih mementingkan Astina sekalipun Kurawa dipihak yang
salah, Karna menolak permintaan Kresna tersebut. Demikian pula terhadap
Baladewa kakaknya sendiri yang sebenarnya bersikap netral. Sadar sang
kakak akan memihak Kurawa Kresna memohon Baladewa untuk bertapa di
Grojogan sewu yang dijaga Setiyaki. Baladewa sendiri adalah satria yang
senang melakukan tapa brata, dia tidak bisa menyaksikan keseluruhan
berlangsungnya perang Baratayuda dan baru muncul disaat diakhir episode
perang tersebut ketika Bima bertarung melawan Duryudana.
Dalam perang
Baratayuda, Kresna memihak Pandawa. Ia dipilih Arjuna sebagai penasehat
yang mana Kresna tidak diperbolehkan mengeluarkan senjata untuk
berperang langsung dengan pihak Kurawa, sementara pasukannya yang
berjumlah besar dipilih Duryudana menjadi bagian dari pasukan Kurawa.
Pilihan yang dijatuhkan Duryudana membuat Sengkuni marah kepada
Duryudana baginya apalah arti pasukan yang besar jika tidak melibatkan
pengatur strategi yang ulung sekaliber Kresna. Kresna pada waktu perang
memposisikan diri sebagai kusir kereta Arjuna. Kresna juga memantapkan
hari Arjuna yang masih ragu-ragu melihat orang-orang yang dihormatinya
seperti Bisma dan Durna berada dipihak Kurawa. Arjuna mendapatkan lawan
yang sepadan yaitu Karna yang tak lain kakak tertuanya sendiri. Kereta
Karna dikemudikan mertuanya sendiri yaitu Prabu Salya. Prabu Salya
sebenarnya tidak ingin Baratayuda terjadi sehingga dalam mengemudikan
kereta Karna ia setengah hati sampai pada suatu ketika roda kereta Karna
terjerembab dalam tanah. Mengetahui hal tersebut Kresna menyuruh Arjuna
segera melepaskan senjata Pasopati. Pada awalnya Arjuna tidak mau
karena hal tersebut bukan tindakan ksatria. Namun Kresna menjelaskan
bahwa Karna salah satu orang yang membunuh Abimanyu, putra Arjuna, maka
Arjuna segera melepaskan anak panah Pasopati mengenai leher Karna yang
mengakibatkan kematian Karna. Arjuna sebenarnya menyesali tindakannya
tersebut. Prabu Salya sendiri tewas ditangan Puntadewa. Ketika Prabu
Salya maju ke medan perang, Pandawa kewalahan menghadapi Candrabirawa
ilmu Prabu Salya berupa kemampuan memanggil raksasa yang apabila terluka
oleh musuhnya jumlah bertambah banyak. Kresna yang tahu bahwa ilmu itu
hanya bisa dihadapi orang suci hati dan sabar seperti Puntadewa maka ia
segera menyuruh Puntadewa menghadapinya. Puntadewa sendiri sebenarnya
tidak mau karena dalam Baratayuda ia tidak akan turun gelanggang. Pada
saat itu arwah Resi Bagaspati masuk ke tubuh Puntadewa bermaksud
mengambil Candrabirawa miliknya. Puntadewa yang telah dirasuki kemudian
melempar Jimat Kalimasada dan mengenai dada Prabu Salya. Prabu Salya
akhirnya gugur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar